Bahan ini umumnya digunakan di industry oleh bagian Utilitas pada
Unit Waste Water Treatment. Water treatment adalah unit yang
berfungsi mengolah bahan baku yang masih mengandung zat-zat pengotor menjadi
air bersih yang disebut filtered water.
Filtered water ini selanjutnya
digunakan untuk make-up cooling tower,
bahan baku demineralized water (air
demin), air minum, dan service water.
Alum sulfat berfungsi menghilangkan kekeruhan, baik pada padatan terlarut
maupun yang tidak terlarut menurut reaksi:
Al2(SO4)3
+ H2O → 2Al3+
3OH- + 3H2SO4
Ketika ion yang bermuatan positif dalam koagulan (Alum, Al3+) bertemu
dengan ion negatif dalam air pada kondisi pH tertentu, maka akan terbentuk flok
(butiran gelatin). Butiran partikel (flok) ini akan terus bertambah besar dan
berat sehingga cenderung akan mengendap ke bawah. Pada proses ini pH air
cenderung turun karena karena terbentuk H2SO4 (asam
sulfat). Pembentukan flok paling baik terjadi pada pH 5,5-6,2 yang diatur
dengan cara penambahan NaOH. Jika pH terlalu rendah atau terlalu asam akan
menyebabkan tingkat korosi yang tinggi, sedangkan jika pH-nya terlalu tinggi
(terlalu basa), flok yang sudah terbentuk akan hancur (terurai kembali).
Unit laboratorium melakukan Quality Control (QC) terhadap Alum
Sulfat (Al2(SO4)3) dengan beberapa parameter
uji sebagai berikut:
·
Assay as
Al2O3
Sampel alum yang telah ditimbang diencerkan
kemudian dipanaskan di atas hot plate selanjutnya ditambahkan berturut-turut
HCl (1:1) dan NH3. Pemanasan dilakukan agar reaksi berjalan semakin
cepat karena peningkatan pergerakan molekul
saat panas. HCl (1:1) berfungsi sebagai reagen pengendap Alum sedangkan NH3
digunakan untuk optimasi pH. Endapan yang terbentuk disaring menggunakan kertas
whatmann no 41. Endapan dan kertas saring dimasukkan kedalam cawan yang telah
ditimbang lalu dipanaskan dengan tanur pada temperature 800 ⁰C. Semua zat yang terkandung
akan terbakar pada temperature 800 ⁰C kecuali Al karena memilki
titik lebur yang sangat tinngi. Ditimbang berat endapan pada cawan kemudian
dibandingkan dengan berat cawan kosong sehingga dapat ditentukan % berat alum pada sampel. Reaksi yang terjadi :
Al2(SO4)3 +
6HCl → 2AlCl3(endapan) +
3H2SO4
2AlCl3 +
3/2 O2 → Al2O3 +
3Cl2
·
Besar pH
pada konsentrasi 2%
Larutan alum sulfat 2% dibuat dengan cara
melarutkan 2 gr sampel alum sulfat dalam 100 ml air demin. Larutan alum sulfat
2% ditentukan pH-nya dengan menggunakan pH meter.
·
Fe
Content as Fe2O3
Beberapa kontaminan bahan kimia dapat
ditentukan secara spektrofotometri, termasuk besi (Fe). Besi mudah ditentukan
pada bahan terkontaminasi yang mengandung >1 ppm (1 mg/L). kompleks berwarna
yang jelas harus dibentuk untuk mendeteksi kadar Fe secara spektrofotometri.
Salah satu yang digunakan untuk kompleks besi
adalah besi(II)-o-phenanthroline yang membentuk kompleks berwarna orange-merah
dan mudah untuk terdeteksi. Seperti kebanyakan reaksi kompleksasi logam, ion
logam harus compete dengan ion H3O+, dan kompleks logam
tidak dapat terbentuk pada larutan asam kuat. Pada sisi lain, kebanyakan logam
membentuk logam hidroksida tak larut pada larutan basa. Penentuan besi
menggunakan o-phenanthroline dilakukan pada larutan asam (pH 4-6).
Pada eksperimen di lab, digunakan teknik
spektrofotometri untuk menganalisis besi. Karena besi murni tidak dapat
mengabsorbsi cahaya, maka besi (II) direaksikan dengan senyawa organic
(o-phenanthroline) untuk membentuk ion kompleks
orange-merah.
3C12H8N2
+
Fe2+ → 4Fe2+ + N2O + 4H+
+
H2O
Sebelum kompleks besi(II) berwarna dibentuk,
maka sampel harus ditambahkan dengan hydroxylamine untuk mereduksi Fe3+
menjadi Fe2+ berdasarkan reaksi di bawah ini:
Setelah itu, ditambahkan ammonium asetat sebagai buffer pH 4-6 yaitu kondisi
pada saat kompleks Fe(II)-O-Phenanthroline terbentuk. Pada sampel alum sulfat,
Fe yang ingin ditentukan adalah dalam bentuk Fe2O3
sehingga dalam penentuannya perlu ditentukan juga dengan perbandingan antara berat molekul Fe2O3 dengan berat atom Fe.
·
Specific
Gravity
Specific gravity merupakan densitas atau
kerapatan sampel pada temperature kamar yang telah dibandingkan dengan densitas
air. Densitas air digunakan sebagai pembanding karena pada temperature kamar
air memilki densitas 1,0 gr/ml. Penentuan specific gravity sampel dilakukan
dengan menggunakan Pycnometer. Sampel
dan air demin secara bergantian dimasukkan kedalam pycnometer yang telah diketahui bobotnya kemudian ditimbang. Setelah
itu dibandingkan berat sampel dengan berat air untuk menentukan nilai specific gravity dari sampel tersebut.
·
Acidity
/ Basicidity
Garam aluminium akan pecah menjadi dua senyawa
dengan penambahan KF netral yang bereaksi netral terhadap PP, sehingga bila terjadi
kelebihan asam (H2SO4) atau basa (Al2O3)
pada pembentukan garam garam tersebut
maka akan terjadi ketidakseimbanagan
reaksi yang dinyatakan oleh hasil titrasi kembali. Sampel Alum Sulfat
yang telah ditimbang ditambahkan larutan
standar (H2SO4) dan larutan KF lalu dititrasi dengan KOH dengan indicator
PP. Selain sampel, air demin juga dikerjakan dengan perlakuan yang sama dengan
sampel yang digunakan sebagai blanko sehingga dapat diketahui sampel alum sulfat
bersifat asam atau basa.
Sampel bersifat basa (Al2O3);
Bila KOH untuk titrasi kembali < jumlah yang dipakai titrasi blanko. Sampel
bersifat Netral bila KOH untuk titrasi kembali = jumlah yang dipakai titrasi
blanko. Sampel bersifat Asam (H2SO4) bila KOH untuk
titrasi kembali > jumlah yang dipakai titrasi blanko
o
Basicidity, %weight = ( A- B ) x N x 17 x fp x 100
W x 1000
o
Acidity, % weight = ( B-A ) x N x 49 x fp x
100
W x 1000
A : ml
KOH pada titrasi blanko
B : ml
KOH pada titrasi kembali
0 comments:
Post a Comment
Blog ini Berisi Sharing & Caring Tentang Ilmu Pengetahuan