Seperti halnya alum sulfat, bahan ini juga umumnya digunakan oleh
bagian Utilitas pada Unit Waste Water
Treatment khususnya pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pengolahan
limbah cair di IPAL dibagi dalam 2 jenis penanganan :
1. Limbah
dengan kandungan NH3 < 500 ppm dan urea < 1500 ppm.
2. Limbah
dengan kandungan NH3 > 500 ppm dan urea > 1500 ppm.
Limbah dengan kandungan NH3 < 500
ppm dan urea < 1500 ppm langsung dimasukkan ke equalizing pond untuk homogenasi dan penyamaan kondisi. Dari equalizing pond, air langsung dialirkan
menuju neutralizing pond untuk
menurunkan pH sampai batas yang dikehendaki dengan injeksi H2SO4.
Pompa injeksi H2SO4 diset auto start bila pH air lebih tinggi dari setting maksimal dan auto
stop bila pH setting minimal
telah tercapai. Kemudian air dipompakan menuju wet land. Proses yang terjadi di wet land adalah penyerapan kandungan NH3 yang tersisa
oleh tanaman eceng gondok. Dari wet land,
air dialirkan menuju biological pond
untuk proses pelepasan NH3 yang tersisa ke udara dengan menggunakan
aerator, proses sedimentasi dan treatment
pH terakhir dengan meneteskan H2SO4. Setelah itu,
limbah yang sudah ditreatment
tersebut dibuang lagi ke sungai musi. Adapun kondisi limbah cair di outlet kolam limbah yang diharapkan
adalah:
-
pH : 6-9
-
NH3 < 50 ppm
-
TSS < 100 ppm
Limbah dengan kandungan NH3 > 500 ppm dan urea >
1500 ppm ditampung di emergency pond
terlebih dahulu. Kemudian uap NH3 dari emergency pond dihisap secara kontinyu oleh blower dan dimasukkan ke dalam scrubber
yang telah berisi H2SO4. Di dalam scrubber, uap NH3 tersebut discrub dengan bantuan larutan H2SO4
dan kemudian dibuang ke atmosfir lewat venting
yang ada di top scrubber. Apabila
larutan H2SO4 di
dalam scrubber telah jenuh, blower dimatikan dan isi level
scrubber dikirim ke equalizing pond,
sisanya didrain. Setelah level scrubber kosong, scrubber diisi kembali dengan H2SO4 sampai level tertentu, blower distart dan seterusnya. Proses selanjutnya
sampai dibuang ke sungai sama dengan yang telah dijelaskan di atas. Bagian
laboratorium melakukan Quality Control
(QC) terhadap Acid (H2SO4)
dengan beberapa parameter uji sebagai berikut:
·
Assay as
H2SO4
Kadar asam sebagai H2SO4 ditentukan
dengan metode volumetri (titrasi asam-basa). Sampel dititrasi dengan basa NaOH
dimana reaksi yang terjadi didasarkan pada jumlah mol ekuivalen yang bereaksi
antara penitran (NaOH) dan zat yang dititran (H2SO4). 1
mol NaOH yang bereaksi setara dengan 0,5 mol H2SO4.
Digunakan indicator PP karena reaksi berlangsung pada pH 4-6. Reaksi yang
terjadi sebagai berikut:
H2SO4 + NaOH
→ Na2SO4 +
H2O
·
Organic Contaminant
Organic
Contaminant ditentukan dengan menggunakan metode volumetri
(titrasi redoks). KMnO4 digunakan sebagai titran yang berfungsi
mengoksidasi kontaminan organic (karbon) dan
juga sebagai auto indicator karena warna KMnO4 dalam keadaan
tereduksi (ungu) berbeda dengan warna KMnO4 dalam keadaan
teroksidasi (pink). Mol KMnO4 yang bereaksi setara dengan mol karbon
yang bereaksi. Larutan KMnO4 dimasukkan ke dalam buret, dan larutan
yang lain ditempatkan dalam labu yang diasamkan dengan asam sulfat encer
terlebih dahulu. Kalium manganat(VII) tidak dapat digunakan pada titrasi yang
mengandung ion-ion klorida atau bromida yang mana kedua ion tersebut dapat
teroksidasi menjadi gas klor dan gas brom. Reaksi reduksi KMnO4
sesuai dengan reaksi di bawah:
MnO4- + 8H+ +
5e- → Mn2+ + 4H2O
Selanjutnya, KMnO4 mengoksidasi ikatan rangkap
karbon-karbon, dan berlangsung melalui perubahan warna diatas. Etana, sebagai
contoh, di oksidasi menjadi etana-1,2-diol.
Oksigen dalam
tanda kurung persegi berarti oksigen dari agen pengoksidasi.
·
Turbidity
Merupakan analisa kekeruhan
larutan sampel dengan menggunakan turbidimeter. Analisa berdasarkan jumlah
partikel koloid yang melayang atau terdapat dalam larutan sampel tersebut.
Larutan sampel dimasukkan ke dalam tube
turbidimeter sampai tanda batas. Tube kemudian
diletakkan ke dalam alat turbidimeter. Periksa kekeruhannya dengan menggunakan filter none, mirror ditutup. Atur skala
turbidimeter dan lihat lapangan pandangan dari gelap ke terang. Catat skala
yang ditunjukkan, lalu plot pada kurva standar yang telah tersedia.
·
Fe
Content as Fe
Beberapa kontaminan bahan kimia dapat ditentukan
secara spektrofotometri, termasuk besi (Fe). Besi mudah ditentukan pada bahan
terkontaminasi yang mengandung >1 ppm (1 mg/L). kompleks berwarna yang jelas
harus dibentuk untuk mendeteksi kadar Fe secara spektrofotometri.
Salah satu yang digunakan untuk kompleks besi adalah
besi(II)-o-phenanthroline yang membentuk kompleks berwarna orange-merah dan
mudah untuk terdeteksi. Seperti kebanyakan reaksi kompleksasi logam, ion logam
harus compete dengan ion H3O+, dan kompleks logam tidak
dapat terbentuk pada larutan asam kuat. Pada sisi lain, kebanyakan logam
membentuk logam hidroksida tak larut pada larutan basa. Penentuan besi
menggunakan o-phenanthroline dilakukan pada larutan asam (pH 4-6).
Pada eksperimen di lab, digunakan teknik
spektrofotometri untuk menganalisis besi. Karena besi murni tidak dapat
mengabsorbsi cahaya, maka besi (II) direaksikan dengan senyawa organic
(o-phenanthroline) untuk membentuk ion kompleks
orange-merah.
Reaksi pembentukan kompleks sebagai berikut:
3C12H8N2
+
Fe2+ → 4Fe2+ + N2O + 4H+
+
H2O
Sebelum kompleks besi(II) berwarna dibentuk,
maka sampel harus ditambahkan dengan hydroxylamine untuk mereduksi Fe3+
menjadi Fe2+ berdasarkan reaksi di bawah ini:
Setelah itu, ditambahkan ammonium
asetat sebagai buffer pH 4-6 yaitu kondisi pada saat kompleks
Fe(II)-O-Phenanthroline terbentuk.
·
Sediment
Penentuan sediment
ditentukan dengan melihat endapan yang terdapat pada larutan sampel.
·
Ignition Residue
Merupakan penentuan residu yang terdapat dalam
sampel. Di laboratorium dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri. Sampel
ditimbang dengan cawan platina yang telah dipanaskan dan diketahui bobotnya.
Selanjutnya dipanaskan di atas hot plate sampai agak kering dan pemanasannya
diteruskan dengan menggunakan Bunsen lalu dipindahkan ke oven pengering pada
suhu 110 ⁰C selama
30 menit. Didinginkan dalam desikator sampai bobot tetap.
·
Specific Gravity
Specific
gravity merupakan densitas atau kerapatan sampel pada temperature kamar
yang telah dibandingkan dengan densitas air. Densitas air digunakan sebagai
pembanding karena pada temperature kamar air memilki densitas 1,0 gr/ml.
Penentuan specific gravity sampel dilakukan dengan menggunakan Pycnometer. Sampel dan air demin secara
bergantian dimasukkan kedalam pycnometer yang
telah diketahui bobotnya kemudian ditimbang. Setelah itu dibandingkan berat
sampel dengan berat air untuk menentukan nilai specific gravity dari sampel tersebut.
Menjual berbagai macam jenis Chemical untuk cooling tower chiller Boiler dan waste water treatment untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com
ReplyDeleteWA:081310849918
Terima kasih