Metode
AAS berprinsip pada absorpsi cahaya
oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu,
tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai
cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik
suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih
banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke
tingkat eksitasi. Tingkat-tingkat eksitasinya pun bermacam-macam. Dalam AAS
dapat dapat dilakukan pemilihan panjang gelombang yang menghasilkan garis
spektrum yang tajam dan dengan intensitas maksimum yang dikenal dengan garis
resonansi.
Penggunaan
AAS didasarkan atas kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, beberapa diantaranya
adalah :
-
Pemisahan
analit dari matriks yang dicapai dengan meningkatkan ketepatan penentuan.
-
Pemekatan
analit mudah dilakukan dan peningkatan salah satu konsentrasi analit dapat
dideteksi secara signifikan.
-
Dalam
beberapa kasus pembedaan spesies kimia dapat dilakukan.
-
Prosedurnya
dapat dilakukan secara otomatis.
Kelebihan
lain dari metode analisis ini yaitu kecepatan
analisisnya, ketelitiannya sampai tingkat runut, tidak memerlukan pemisahan
pendahuluan. Selain itu, dengan metode ini memungkinkan untuk penentuan
konsentrasi semua unsur pada konsentrasi runut dan sebelum pengukuran tidak
selalu perlu memisahkan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu
unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan asalkan katoda berongga yang
diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan sampai enam puluh satu logam dan non-logam
yang dapat dianalisis dengan AAS ini adalah fosfor dan boron.
Adapun
tahapan metode AAS ini adalah :
1.
Pengubahan
analit menjadi bentuk volatilnya.
2.
Pengumpulan
atau pemekatan (jika perlu) dan pemindahan ke atomiser.
3.
Pendekomposisian
komponen volatil untuk menghasilkan atom bebas analit yang selanjutnya akan
terukur sebagai sinyal serapan atom.
Pada
metode AAS, perubahan unsur dalam larutan menjadi atom-atomnya dilakukan dengan
menyemprotkan larutan ke dalam nyala. Mula-mula larutan dikabutkan (dalam
sistem pengkabutan), kemudian dimasukkan dalam nyala (dalam sistem pembakar).
Pada sistem pengabut, larutan ditarik melalui kapiler dengan penghisapan
pancaran gas bahan bakar dan oksidan, kemudian disemprotkan ke ruang
pengkabutan. Pada ruang pengkabut ini larutan direduksi menjadi titik-titik
kabut yang halus, sedangkan titik kabut yang besar dialirkan melalui saluran
pembuangan.
Syarat-syarat analisa dengan
menggunakan spektrofotometer serapan atom antara lain :
1. Cahaya
yang digunakan harus monokromatis.
2. Proses
analisa dilakukan secara bersamaan pada temperatur yang sama.
3.
Kondisi analisa logam sesuai dengan
karakterisasi logam, yang mana untuk timbal kondisi analisanya meliputi: panjang gelombang pada
283,3 nm, laju alir asetilen pada
2,0 L/menit, laju alir udara pada 10,0 L/menit, lebar celah pada 0,7 nm, tinggi burner 2,0
mm.
Komponen dari spektrofotometer serapan atom terdiri
atas lampu katoda berongga sebagai sumber peradiasi/sinar, nebulizer yang
berisi udara untuk atomisasi, monokromator kisi fraksi konvensional dan
detektror tabung multiplier. Lampu katoda terbuat dari suatu lapisan kaca
dengan jendela kuarsa yang berisi gas mulia dengan tekanan udara sedikit diatas
tekanan udara normal. Katoda tersebut terbuat dari logam murni dan bersifat
spesifik untuk tiap logam yang dianalisis, misalnya katoda Cr untuk analisis Cr,
katoda Pb untuk analisis Pb, dan sebagainya. Nebulizer berisi udara akan
mengaspirasi dan menebulasikan larutan sampel ketika larutan sampel diisikan
pada tabung atau pipa kapiler. Kisi fraksi monokromator mengelimidasi sinar
atau radiasi dari api. Dan detektor tabung foto multiplier akan mendeteksi
cahaya dari lampu katoda berongga yang diteruskan melalui api. Adapun skema kerja
instrumen ini ditunjukkan pada gambar berikut ini :
Gambar
: Skema kerja spektrofotometer serapan atom.
Absorbansi
merupakan karakterisasi cahaya terabsorpsi pada spekrofotometri serapan atom,
secara kuantitatif mengikuti hubungan linier dengan konsentrasi. Hukum Beer
menggambarkan hubungan ini
A
= abc
dimana ‘‘A’’
adalah absorbansi; ‘‘a’’ adalah koefisien absorpsi, yakni nilai konstan yang
mengkarakterisasi absorbsi suatu spesi pada panjang gelombang tertentu; ‘‘b’’ adalah lebar cahaya yang tertahan oleh
spesi absorpsi pada sel absorpsi; dan ‘‘c’’ adalah konsentrasi spesies
pengabsorpsi. Hukum Beer ini tampak pada gambar berikut ini
Gambar : kurva hubungan linier antara absorbansi
dan konsentrasi
Dalam metode spektrofotometri serapan
atom, analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan cara membuat kurva baku
seperti kurva diatas. Konsentrasi sampel dapat dihitung dengan cara menginterpolasikan
serapan larutan sampel pada kurva baku yang diperoleh dengan cara membuat
larutan baku dan mengukur absorbansinya.
Syarat-syarat
yang harus dipenuhi dalam Hukum Lambert-Beer yaitu:
1.
konsentrasi
encer
2.
syarat
kimia
zat
pengadsorbsi tidak boleh berdisosiasi, berasosiasi atau bereaksi dengan pelarut
menghasilkan suatu produk pengadsorbsi spektrum yang berbeda dari zat yang
dianalisa.
3.
syarat
cahaya
cahaya
yang digunakan harus monokromatis (satu panjang gelombang).
4.
syarat
kejernihan
Larutan
harus jernih, jika tidak jernih sebagian cahaya akan dihamburkan oleh
partikel-partikel koloid, akibatnya kekuatan cahaya yang diadsorbsi berkurang
dari seharusnya.
0 comments:
Post a Comment
Blog ini Berisi Sharing & Caring Tentang Ilmu Pengetahuan