Proses pembuatan substrat
serbuk klobot jagung dilakukan dengan metode penggilingan. Klobot jagung dibersihkan
dengan menggunakan air. Kemudian klobot jagung dipotong-potong kurang lebih 2
cm dan dilakukan pengeringan di bawah
terik matahari. Klobot jagung dari hasil pengeringan kemudian dikumpulkan untuk
dilakukan proses penggilingan. Proses penggilingan dimaksudkan untuk
menghancurkan klobot jagung sehingga terbentuk serbuk. Serbuk klobot jagung
yang diperoleh memiliki kandungan zat yang sama dengan klobot jagung yaitu
selulosa karena ikatan didalamnya tidak mengalami perubahan.
Berdasarkan penelitian
Asmaul (2006), untuk menentukan kadar selulosa yang terkandung dalam serbuk
klobot jagung dapat dilakukan dengan faktor konversi. Berdasarkan penelitian
tersebut, didapatkan bahwa kandungan selulosa dari klobot jagung adalah sebesar
40,59
Pengolahan Selulosa Sebagai Bahan Polimer Degradable
Serbuk klobot jagung yang
diperoleh bukan selulosa murni, karena masih mengandung bahan-bahan lain
terutama lignin. Meskipun lignin merupakan semen
yang mengikat fibril-fibril selulosa yang menghasilkan struktur yang stabil,
tetapi pada pembuatan plastik selulosa asetat harus dihilangkan. Lignin
dipisahkan dengan menggunakan basa kuat, seperti NaOH dalam konsentrasi
pekat.
Kandungan selulosa yang
besar didalam klobot jagung memungkinkan untuk mengolah klobot jagung menjadi
plastik, dimana dari klobot jagung dapat dihasilkan 38%-40% selulosa. Oleh
karena itu, kandungan selulosa yang besar ini
juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan plastik selulosa asetat.
Selulosa asetat dengan
derajat substitusi yang bervariasi dipreparasi pertama-tama dengan mereaksikan
selulosa dengan asam asetat, kemudian dengan anhidrida asetat (CH3CO)2O dan katalis asam mineral. Produk yang
terasetilasi sempurna tersebut direaksikan dengan air untuk mencapai derajat
substitusi yang diinginkan. Hidrolisis lunak memberikan selulosa yang hampir
sempurna terasetilasi yang dikenal dengan triasetat.
Hidrolisis lebih lanjut memberikan suatu produk yang larut dalam aseton
yang disebut asetat sekunder. Kedua
produk dapat dipakai dalam aplikasi pembuatan plastik, tetapi harus
dikombinasikan dengan bahan-bahan pemlastik yang cocok. Selulosa asetat
memiliki derajat polimerisasi lebih rendah daripada umpan selulosa (yang
rata-rata sekitar 200-250) karena terjadinya pemutusan ikatan glukosidik oleh
katalis esterifikasi asam.
H+ O
Cell-OH + (CH3CO)2O
Cell-OCCH3 + CH3COOH
(Stevens, 2001).
Anhidrida asetat (CH3CO)2O digunakan sebagai pereaksi dalam reaksi
asetilasi. Gugus asetil yang berasal dari anhidrida asetat digunakan untuk
mengganti gugus –OH bebas dalam senyawaan penyusun dinding sel klobot jagung.
Senyawa ahidrida asetat (CH3CO)2O diperoleh dari proses reaksi
asam asetat dengan ketena, dimana senyawa ini dibuat dengan dihidrasi asam
asetat pada temperature tinggi.
AlPO4 CH3COOH
CH3COOH H2O+CH2=C=O (CH3CO)2O
Berdasarkan penelitian
Sanjaya (2003), setelah proses asetilasi ternyata beberapa sifat dari selulosa
dapat mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi antara lain pengikatan air
oleh selulosa dan derajat kristlinitas dari selulosa. Data hasil penelitian
disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 1. Penentuan tinggi
puncak (t) serapan IR, air terikat (a), derajat kristalinitas (X) selulosa dan
lignin.
Karateristik
|
Selulosa
|
Lignin
|
||||
0
|
1
|
%
|
0
|
1
|
%
|
|
t (mm)
|
32
|
2,3
|
-28
|
2,2
|
0,5
|
-7,6
|
a (mm)
|
5
|
0,70
|
-19
|
0,23
|
0,05
|
-78
|
X (%cm²/cm²)
|
38
|
37
|
-3
|
Ket : 0 = sebelum perlakuan, 1 = setelah perlakuan, % = persen perubahan.
Hasil
penelitian menunjukkan telah terjadi penggantian gugus –OH pada struktur
molekul oleh gugus asetil dari anhidrida asetat. Selulosa yang merupakan
senyawa semi kristalin menyebabkan gugus –OH dalam selulosa yang dapat bereaksi
anhidrida asetat.
Hasil penelitian juga menunjukkan
pengikatan air dalam selulosa semakin sedikit setelah diasetilasi, yaitu 0,70
mg air/mg selulosa dan 0,57 mg air/mg selulosa hasil dari sebelum dan sesudah
diasetilasi atau perubahannya -19%. Perubahan ini karena makin sedikitnya gugus
–OH dalam molekul polimer selulosa setelah diasetilasi, sehingga banyaknya air
yang terikat semakin sedikit. Demikian pula yang terjadi pada lignin.
Berdasarkan tabel penelitian
Sanjaya (2003) di atas, didapatkan bahwa terjadi penurunan derajat
kristalinitas pada selulosa sebesar 3% yang disebabkan oleh pergantian gugus
–OH dengan gugus asetil pada proses asetilasi, sehingga bagian kristalin dari
selulosa berubah menjadi amorf. Perubahan bagian kristalin menjadi amorf
menyebabkan berkurangnya sifat kekakuan selulosa.
Polimer selulosa asetat
yang terbuat dari proses asetilasi selulosa oleh asam asetat dan anhidrida
asetat diharapkan merupakan polimer degradable
yang ditujukan sebagai bahan pembuat plastik yang dapat didegradasi oleh
lingkungan.
Mantap gan. Boleh tau infox drmn aja gan?
ReplyDeleteTerima kasih infonya
ReplyDeleteJangan lupa kunjungi
https://ppns.ac.id/ dan
https://selinganhidup.wordpress.com